Kampung Naga Tasikmalaya, Mengenal Budaya Hingga Adat Istiadatnya

Ide Wisata224 Dilihat


Benamkan diri Anda pada keunikan Kampung Naga Tasikmalaya yang memberi Anda kesempatan untuk mengenal lebih dalam tentang keunikan budaya dan adat istiadatnya.

Harga tiket: Gratis, Jam kerja: 08.00–17.30 WIB, Alamat: Neglasar, Kecamatan. Salawu, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat; Map: Periksa lokasi

Kampung Naga menjadi salah satu tempat wisata di Tasikmalaya yang patut dikunjungi untuk memeriahkan liburan Anda. Memang bukan merupakan objek wisata, namun karena daya tariknya yang luar biasa, tempat ini banyak dikunjungi wisatawan. Apalagi jika Anda bosan dengan hiruk pikuk kehidupan kota yang selalu Anda rasakan.

Nama Naga bukan berarti ada hubungannya dengan hewan legendaris yang termasuk dalam kategori ular. Namanya berasal dari kata Nagavir yang berarti “menggantung” dalam bahasa Sunda. Memang letak desa ini berada di atas lembah sehingga jika dilihat sekilas terlihat seperti menggantung.

Asal usul Kampung Naga tidak jelas; tidak ada yang tahu siapa pendirinya dan kapan didirikan. Bahkan penduduk asli setempat pun tidak mengetahui sejarah desa yang menjadi tempat tinggal utama mereka.

Sebab, pada tahun 1956 terjadi penyerangan oleh pemberontak DI/TII yang membakar seluruh buku yang berkaitan dengan sejarah berdirinya dan tokoh-tokoh desa tersebut.

Objek Wisata Kampung Naga Tasikmalaya

Objek Wisata Kampung Naga Tasikmalaya
Foto Riyadi Tarabalag di Google Maps

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Kampung Naga bukanlah objek wisata. Jadi tidak ada atraksi atau pemandangan air terjun dan pantai. Meski demikian, bukan berarti desa ini tidak memiliki daya tarik tersendiri. Ada beberapa hal yang menjadi alasan utama mengapa wisatawan selalu ramai berkunjung.

Periklanan. Gulir untuk melanjutkan membaca.

1. Keunikan Kampung Naga

Salah satu hal unik yang terlihat jelas adalah konstruksi pada setiap rumahnya. Semua rumah di lokasi ini serupa baik dari segi bahan bangunan yang digunakan maupun orientasi rumahnya. Atapnya terbuat dari daun lontar kering, ijuk atau alang-alang.

Dalam hal ini digunakan bilah bambu atau papan kayu dengan ukuran tertentu pada lantai. Dindingnya bukan terbuat dari tembok, melainkan dari anyaman bambu.

Setiap bahan bangunan yang digunakan tetap alami yakni tanpa menggunakan cat atau poles semen. Namun, mengapur saja tidak menjadi masalah, ada beberapa rumah yang menggunakan bahan ini untuk dindingnya.

Mengenai posisi rumah di Kampung Naga Tasikmalaya sebaiknya menghadap utara atau selatan. Bagian lainnya meluas ke barat dan timur.

Bukan tanpa alasan ketentuan ini digunakan, yakni dari sudut pandang pelayanan kesehatan. Seperti yang Anda ketahui, pemilihan posisinya sejajar dengan arah matahari dari terbit hingga terbenam.

Baca Juga  Taman Kertha Gosa, Wisata Edukasi Sejarah & Hukum Adat Bali di Klungkung

Dengan demikian, rumah dan interiornya tidak terkena sinar matahari langsung. Di sebagian besar rumah, lantainya tidak langsung menyentuh tanah.

Artinya, ketinggian tanah dan lantai bervariasi, namun rata-rata hanya setengah meter. Menariknya, setiap rumah tidak bisa menggunakan furnitur baik itu tempat tidur, kursi, maupun meja.

2. Budaya dan adat istiadat

Daya tarik Kampung Naga selanjutnya adalah budaya dan adat istiadatnya. Banyak pantangan dan larangan yang harus dihindari, salah satunya adalah bermain musik. Larangan yang dimaksud tidak hanya harus dipatuhi oleh warga sekitar, tapi juga wisatawan yang berkunjung.

Namun bukan berarti tidak ada musik sama sekali di desa ini, musik dengan alat musik tradisional masih diperbolehkan di kawasan tersebut. Tabu lain yang harus dipatuhi adalah larangan memasuki hutan dekat desa.

Beberapa batasan lainnya mencakup bangunan tertentu di properti tersebut. Ada beberapa bangunan yang tidak boleh dimasuki warga Kampung Naga. Bangunan yang dianggap keramat dapat dikenali dengan melihat pagar bambu yang mengelilingi bangunan tersebut.

3. Keindahan alam seutuhnya

Desa di Tasikmalaya ini sebenarnya terletak di dekat kota, hanya berjarak 500 meter dari kota terdekat. Namun kondisi alamnya yang ideal menjadikannya menjadi daya tarik tersendiri. Misalnya saja di bagian barat yang dibatasi oleh hutan.

Seperti disebutkan sebelumnya, tidak ada yang diizinkan masuk ke sana. Hutan tersebut dianggap keramat karena di dalamnya terdapat makam para leluhur.

Sedangkan di sisi selatannya terdapat persawahan masyarakat Kampung Naga sehingga membuat pemandangan alamnya sangat asri dan asri.

Kebanyakan dari mereka adalah tanaman padi, jadi tergantung kondisi padinya, bisa terlihat dua warna. Jika tanaman baru ditanam, warna yang dihasilkan tetap hijau alami. Sedangkan saat musim panen tiba, warnanya menjadi lebih kekuningan.

Berbeda dengan di bagian timur yang berbatasan dengan sungai. Penduduk setempat menyebutnya Qi Wulan yang artinya Sungai Wulan. Ada banyak jenis ikan yang berbeda di sungai. Selain bertani, warga sekitar juga berprofesi sebagai nelayan dan menangkap ikan dengan jaring.

4. Tradisi sederhana

Kehidupan modern yang banyak dicari dan dimanfaatkan oleh masyarakat, nampaknya tidak menggoda masyarakat Kampung Naga untuk menikmatinya.

Tradisinya sangat sederhana: tidak ada listrik di sini. Penerangannya hanya dari obor atau lampu jalan yang digantung dan ditempel di dinding anyaman bambu.

Anda tidak menggunakan gas untuk memasak makanan, seperti dalam kehidupan modern. Mereka lebih memilih menggunakan kayu bakar sebagai bahan utamanya. Kesetaraan menjadi hal utama yang dicermati di desa. Salah satu buktinya adalah keseragaman bangunan tempat tinggal.

Baca Juga  Intip Pesona Seganing Waterfall, Air Terjun Eksotis di Perbukitan Tandus Nusa Penida

Alamat dan rute menuju lokasi

Harga tiket ke Desa Naga
Foto Hooman & Me di Google Maps

Kampung Naga terletak di Neglasari, Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat. Menemukan desa wisata ini tidaklah sulit, karena letaknya di pinggir jalan raya. Dari pusat kota Tasikmalaya jarak yang akan ditempuh sekitar 30 kilometer, waktu tempuh sekitar 1 jam. Sedangkan dari Kota Garut sebenarnya lebih dekat yakni sekitar 26 kilometer.

Untuk mencapai desa unik ini Anda harus menuruni setidaknya 400 anak tangga batu alam. Akses jalan cukup baik karena batu-batu tersebut dibentuk secara horizontal dengan menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Dari atas terlihat keunikannya: atap rumahnya sama persis.

Setelah berhasil menuruni anak tangga, masih ada lagi perjalanan seru lainnya yaitu menyusuri Sungai Ulan. Terdapat jalan setapak yang dapat Anda lalui yang benar-benar aman karena merupakan akses jalan utama. Dari titik ini ada perkampungan warga di dekatnya.

Biaya masuk dan jam buka

Karena bukan tempat wisata, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya tiket masuk ke Kampung Naga Tasikmalaya.

Namun, setiap pengunjung yang datang wajib melaporkan hal tersebut kepada pihak berwenang setempat. Pengunjung yang baru pertama kali disarankan untuk menggunakan jasa pemandu lokal.

Desa wisata ini buka setiap hari, sehingga Anda bisa mengunjunginya kapan saja. Namun tidak disarankan mengunjunginya pada malam hari karena ini adalah waktu istirahat. Usahakan juga untuk datang pada bulan Muharram, Sya’ban atau Syawal karena ada acara adat yang bernama Hajat Sasih.

Kegiatan yang menarik

Hal menarik yang bisa dilakukan di Kampung Naga
Foto oleh Dion Mlaku Mlaku di Google Maps

Kampung Naga bukanlah objek wisata yang menawarkan permainan. Namun bukan berarti tidak ada hiburan di sana. Ada banyak hal menarik yang mungkin belum terpikirkan oleh Anda sebelum berkunjung. Berikut adalah beberapa kegiatan yang sedang dipertimbangkan!

Rasakan budaya dan kearifan lokal

Indonesia mempunyai banyak keunikan budaya disetiap daerahnya. Hal itu bisa dilihat dengan mengunjungi desa wisata di Tasikmalaya ini.

Budaya uniknya layak untuk dinikmati, meskipun Anda bukan berasal dari daerah tersebut. Wisatawan juga banyak yang datang dari luar Kota Tasikmalaya, bahkan dari luar Provinsi Jawa Barat.

Penduduk setempat menganut budaya yang sudah mendarah daging sejak kecil dan menjadi kebiasaan. Contoh sederhananya adalah bangunan-bangunan yang disebutkan di atas.

Ada juga kebiasaan tertentu yang harus dan tidak boleh Anda ikuti. Segala budaya dan adat istiadat dianggap sebagai penghormatan terhadap leluhur seseorang.

Toko kerajinan tangan

Aktivitas lain yang bisa Anda lakukan saat berkunjung ke Kampung Naga adalah berbelanja. Kali ini bukan soal membeli makanan atau barang mewah, melainkan membeli kerajinan tangan. Tentunya setelah mengunjungi desa wisata ini, Anda bisa membawa pulang beberapa barang unik dan dijadikan oleh-oleh atau memorabilia.

Baca Juga  Pulau Kapuk, Pulau Tersembunyi di Aceh Besar yang Kaya Nilai Sejarah

Beberapa barang yang ditemukan terbuat dari bambu, rotan, dan tanah liat. Bahan bambu sebagian besar berupa anyaman, seperti wadah makanan, wadah nasi, dan tampa.

Sedangkan kerajinan tanah liat terdiri dari lesung dan mangkok. Harganya relatif murah, bahkan lebih murah dibandingkan tempat wisata lainnya.

Kesaksian Sachih Hajat

Hajat Sasih merupakan acara adat di Kampung Naga untuk menghormati leluhur. Acara ini tidak diadakan setiap hari, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Jika Anda beruntung kunjungan Anda bertepatan dengan acara adat ini, silakan melihat dan menikmati keunikannya.

Wisatawan bisa menyaksikan Hajat Sasih secara gratis, asalkan tidak mengganggu atau menimbulkan kekacauan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika Anda datang pada bulan yang disebutkan di atas, di mana ritual pasti dilakukan oleh warga sekitar.

Belajar hidup sederhana di Kampung Naga

Banyak hikmah yang bisa dipetik selama berkunjung ke Kampung Naga. Selain adat dan budaya, hikmah lain yang bisa dipetik adalah hidup sederhana. Ternyata kemewahan tidak hanya membuat hidup bahagia, tapi juga kesederhanaan.

Bisa dibayangkan tanpa listrik, peralatan, dan gas untuk perlengkapan dapur, namun mereka tetap hidup rukun dan bahagia. Alat transportasi modern di desa wisata ini belum ada, semuanya hanya digunakan alat transportasi tradisional seperti perahu.

Fasilitas yang tersedia di kawasan wisata

Fasilitas Desa Naga
Foto oleh Dion Mlaku Mlaku di Google Maps

Kampung Nag bisa dikatakan memiliki segala fasilitasnya meski bukan objek wisata. Terdapat tempat parkir khusus di atas batu sebelum Anda menuruni tangga untuk mencapai lokasi.

Terdapat juga warung makan dengan beragam sajian kuliner dengan harga murah. Pengunjung yang datang secara rombongan biasanya akan disambut dengan sajian khas berupa makanan khas.

Seluruh penduduk desa menganut agama Islam, sehingga menemukan masjid atau musala sebagai tempat beribadah tidaklah sulit. Desa wisata ini juga menyediakan akomodasi bagi wisatawan yang karena alasan tertentu ingin bermalam. Fasilitas lain yang bisa ditemukan adalah toko oleh-oleh yang menjual berbagai kerajinan tangan buatan penduduk setempat.

Dengan munculnya desa wisata yang dikenal dengan nama Kampung Naga di Tasikmalaya, destinasi wisata nusantara semakin beragam. Sebagai warga negara Indonesia, kita patut bangga memiliki hal tersebut. Jadi terus lestarikan budaya dan kearifan lokal dengan cara menghargainya.


databaru.my.id