Candi Gunung Gangsir, Menyaksikan Keindahan Candi Hindu Bersejarah Peninggalan Kerajaan Majapahit di Pasuruan

Ide Wisata50 Dilihat


Candi Gunung Gangsir adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Pasuruan, Jawa Timur, yang dibangun pada abad ke-14 dan merupakan bagian dari peninggalan Kerajaan Majapahit.

Harga tiket: Gratis, Jam kerja: 08.00-16.00 WIB, Alamat: Jl. Dusun Prayan Jr. Taman Pura, Gununggansir, Mt. Kecamatan Gangsir. Beji, Pasuruan, Jawa Timur; Map: Periksa lokasi

Candi Gunung Gangsir merupakan salah satu landmark bersejarah Pulau Jawa. Disebut Pura ini “Gunung” karena mempunyai bangunan yang dulunya dikelilingi oleh gunung.

Sedangkan kata “Gangsir” berasal dari kejadian seseorang menggali lubang atau membuka lahan untuk mencuri segala macam barang berharga dari pura.

Oleh karena itu nama candi ini – Gunung Gangsir. Candi ini mempunyai bentuk yang benar-benar unik, desain arsitektur khas Pasuruan, Jawa Timur, namun terkesan bercampur dengan ornamen khas Jawa Tengah.

Saat ini candi tersebut terlihat kokoh dan megah, meski sebelumnya sempat hancur dan banyak bagiannya yang dicuri pada masa penjajahan Jepang. Penasaran ingin tahu kisahnya? Mari kita lihat.

Cek promosi hotel di Pasuruan

Periklanan. Gulir untuk melanjutkan membaca.

Sejarah Pura Gunung Gangsir

Sejarah Pura Gunung Gangsir
Foto oleh Rohadi Khadi di Google Maps

H. I. Domis pada tahun 1830 melaporkan adanya sebuah candi di Gunung Gangsir, yang kemudian dikunjungi oleh seorang juru gambar yang dikenal dengan nama H. ​​N. Sieburg. Sang seniman berhasil mengabadikan momen tersebut dengan menggambar keadaan candi saat itu.

JLA Brandes mengaguminya dan mengunjungi objek wisata bersejarah ini sejak saat itu. Brandes kemudian menemukan adanya missing link pada konsep bangunan yang memiliki seni tersendiri bercampur dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Keberadaan Candi Gunung Gangsir di Pasuruan tentunya akan menarik perhatian para sejarawan dan peneliti lainnya yang tidak ingin melewatkan keunikan bentuk candi ini. Para peneliti tersebut mulai berdatangan pada tahun 1907-2001, seperti H. Parmentier, N. J. Crome, McLain Pont, J. Dumarcaille dan Marijke J. Klokke.

Baca Juga  Wisata Tirta Srinadi, Wisata Air di Klungkung yang Dilenkapi Berbagai Wahana Seru

Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke 10 Masehi yaitu pada masa pemerintahan Mpu Sindok hingga Raja Airlangga. Tentu saja hal ini menimbulkan berbagai argumen, termasuk Parmentier dan Dumarcaille yang berbeda pendapat dan menerima bahwa candi ini dibangun pada masa kerajaan Majapahit.

Perbedaan pendapat tersebut tentu saja masih belum mempunyai titik temu yang jelas. Pada tahun 2004 hingga tahun 2013, Candi Gunung Gangsir akhirnya mengalami pemugaran sebanyak sembilan tahap, dan kemudian pada tahun 2016, candi tersebut akhirnya diakui sebagai salah satu situs cagar budaya tingkat provinsi.

Sunrise Day Tour ke Bromo, Air Terjun Koban dan Candi Jago

Struktur bangunan di candi

Struktur bangunan candi di Gunung Gangsir
Foto Sloben 123 di Google Maps

Pura Gunung Gangsir Pasuruan dibangun dari batu bata dan tingginya mencapai 4 lantai. Terdapat dua lantai utama yang disebut badan induk dan juga atap candi sebenarnya.

Berbentuk persegi panjang, candi ini diperkirakan tingginya mencapai 15 meter dan berukuran 15 x 15 m². Lokasi candi juga cukup luas dan mampu menampung sekitar 50 orang.

Di sebelah barat terdapat pintu masuk sekitar 5 meter di atas permukaan tanah. Untuk mencapai pintu ini terdapat sebuah tangga yang memanjang cukup jauh dan lebar. Ada juga ceruk untuk meletakkan patung.

Atap Candi Gunung Gangsir berbentuk puncak gunung dengan ujung tumpul dan melengkung. Di kiri dan kanan tangga terdapat patung bejana dengan tanaman merambat dan seorang wanita.

Cek tiket Taman Safari Indonesia 2 Pasuruan

Pemanfaatan Pura Gunung Gangsir

Pemanfaatan Pura Gunung Gangsir
Foto oleh Farhana Saraswati di Google Maps

1. Pemujaan Nya Sri Gati

Menurut penduduk setempat, Pura Gunung Gangsir di Pasuruan dibangun sebagai tanda penghormatan kepada Mboku Rondo Derma atau janda dermawan.

Julukan ini merupakan julukan dari Nyi Sri Gati, seorang janda yang menunjukkan kebaikan dan kerendahan hati dengan membangun peternakan.

Baca Juga  Pantai Mekaki, Pantai yang Menjadi Rumah Beragam Biota Laut Unik di Lombok Barat

Sosok ini sangat melegenda dalam membantu masyarakat yang kekurangan pangan dan hanya makan rumput. Nyi Sri Gati mengajak masyarakat berdoa agar krisis pangan bisa teratasi.

Saat salat, banyak burung pipit yang terbang melewati Nyi Sri Gati dan warga sekitar. Burung tersebut membawakan padi yang kemudian ditanam oleh salah satu tokoh legendaris.

Beras ini dipanen setelah beberapa bulan dan dijadikan beras yang dapat menjadi makanan pokok masyarakat. Tokoh legendaris ini mengajarkan masyarakat tentang pertanian dan membuat masyarakat bersyukur atas kedatangan Nyi Sri Gati.

2. Warisan budaya

Tempat wisata sejarah ini salah satunya sering dijadikan sebagai tempat diadakannya acara kesenian jawa seperti wayang, ludruk dan masih banyak lagi.

Sebagai situs cagar budaya, berbagai kegiatan yang dilakukan tetap memperhatikan peraturan setempat, mulai dari keamanan hingga ketertiban, untuk memastikan Pura Gunung Gangsir tetap terjaga dan terlindungi.

Alamat dan akses menuju candi

Alamat Pura Gunung Gangsir
Foto oleh Teddy Pribadi di Google Maps

Pura ini terletak di Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pura yang bernama Gunung Gangsir ini terletak sekitar 18 km dari kota Pasuruan.

Menurut penduduk setempat, pura ini sebenarnya bernama Pura Kebonkandi. Namun jika diperhatikan karena letaknya di Gunung Gangsir maka dinamakan Pura Gunung Gangsir Pasuruan.

Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengakses tempat ini dari Kota Pasuruan dan bisa menggunakan kendaraan umum. Sesampainya di Beji bisa juga naik ojek, tarifnya cukup murah.

Jika anda dari Surabaya dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai tempat ini, jaraknya 40 km.

Apakah Candi Gunung Gangsir sangat cocok untuk Anda jadikan tempat wisata sejarah? Pura ini cukup terkenal dan keindahannya sudah tidak diragukan lagi. Meski tak sebagus tahun-tahun sebelumnya, namun candi ini tetap terlihat gagah dan masih asri.

Baca Juga  Pantai Tiga Warna, Pesona Pantai Indah Nan Bersih di Malang

Sayangnya, sejarah pembangunan candi ini tidak memiliki sumber yang meyakinkan. Namun jika dibandingkan dengan sejarahnya, keberadaan candi ini sudah terkesan unik mengingat perkembangannya pada masa lalu bukan?


databaru.my.id